Selamatkan Lingkungan Lautan

Forum Pembaca, Selasa, 16 Desember 2008 (Duta Masyarakat)

Indonesia adalah negeri maritim. Dan tidak ada yang menyangkal hal itu. Buktinya, dua per tiga luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berbentuk kelautan. Namun, kondisi kelautan bangsa ini sekarang tidak terjaga dengan baik. Seperti yang disampaikan pada orasi ilmiah Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke UMM, dikatakan bahwa lingkungan hidup di daerah pesisir dan lautan dalam sangat mengenaskan.

Banyak lingkungan di sekitar pesisir pantai dan lautan lepas Indonesia mengalami kerusakan parah. Ancaman lingkungan di lautan itu dalam taraf berbahaya. Sehingga akan berimbas pada ekosistem sekitarnya, penduduk penghuni daerah pantai, dan  nasib pulau-pulau kecil yang terancam tenggelam.

Berdasarkan data yang dilansir Lembaga Ilmiah penelitian Indonesia (LIPI), disebutkan cuma 6 persen terumbu karang di Indonesia yang kondisinya dapat dikatakan masih baik. Sedangkan sisanya mengalami kerusakan berat dan terancam mati. Padahal, kondisi itu berpengaruh pada pendapatan nelayan, yang menggantungkan hidupnya dari mencari ikan dan biota laut lainnya. Karena dampak rusaknya terumbu karang menyebabkan jumlah ketersediaan ikan dan hasil tangkapan laut lainnya yang semakin sedikit.

Kerusakan yang lebih terasa dan dapat dilihat terjadi pada luas hutan mangrove. Di mana, saat ini hutan mangrove yang kondisinya masih baik terus mengalami penyusutan dan degradasi kualitas. Bayangkan, 40 persen total hutan mangrove di Indonesia terancam mati dan hancur akibat faktor alam dan terutama ulah tangan tidak bertanggungjawab.

Padahal, kondisi itu bisa berakibat fatal bagi kehidupan manusia yang hidup di wilayah pesisir pantai. Di samping daerah pantai akan mengalami abrasi yang menyebabkan tergerusnya tanah di sekitarnya. Juga, sangat rawan bagi penduduk jika sewaktu-waktu muncul gulungan ombak tinggi yang diikuti gelombang tsunami. Karena tidak ada lagi filter penghalang, maka ombak besar bisa berpotensi menyapu daratan rendah di sekitaran pantai.

Kondisi itu terjadi disinyalir karena banyak nelayan, terutama asing dengan cara ilegal yang berusaha meningkatkan pendapatannya dengan cara mengekploitasi sumber daya kelautan tanpa pernah berusaha menjaga keseimbangan hidup biota laut. Pemanfaatan produksi secara terus-terusan dan berlebihan itu membuat kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan laut menjadi terancam. Pemanfaatan potensi dengan penuh keterpaduan supaya menciptakan pengelolaan yang serba teratur yang selama ini didengungkan pemerintah tidak pernah terlaksana di lapangan.

Masih banyaknya nelayan yang menggunakan pukat harimau dan bom molotof dalam menangkap ikan dan biota laut sebagai hasil tangkapan lainnya membuat lingkungan pesisir tidak dalam kondisi baik. Ditambah ancaman global warming, maka bisa jadi ramalan Freddy, ke depan akan banyak pulau kecil yang tenggelam dan sebagian besar daerah pesisir beserta ekosistem laut menghilang ditelan garangnya lautan.

Untuk itu, jika selama ini pemerintah hanya terfokus pada penyelamatan lingkungan daratan, saat ini sudah saatnya bagi pemerintah untuk tidak melupakan lingkungan di daerah sekitar pesisir dan lautan lepas. Kerusakan lingkungan bahari bisa berdampak buruk bagi terciptanya bencana laut yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Untuk itu, seyogyanya pemerintah merespon cepat kondisi tersebut dengan melakukan penyelamatan lingkungan lautan supaya tingkat kerusakannya tidak semakin buruk dan sumber daya kelautan bisa terus terjaga hingga dapat dinikmati generasi selanjutnya.

Erik Purnama Putra

Anggota Forum Diskusi Ilmiah UMM

Gedung Student Center Lt.1 Bestari Unmuh Malang

Tinggalkan komentar